Minggu, 23 Oktober 2011

crebung : (Buku Seri I. menuju pertarungan lima tahunan; 2013—Cersilpol/cerita silat politik : Naga Pamungkas)

(2)

Perguruan  De Mo Cui Diterpa Badai

(Buku Seri  I.  menuju pertarungan lima tahunan; 2013—Cersilpol/cerita silat politik  : Naga Pamungkas)


13100397431899895076

BUKAN Sui Bai Yu namanya bila tak mampu mengendalikan badai yang melanda perguruannya.  Ukuran badan mantan jenderal ini memang besar, tapi jangan nilai pikiran atau wawasannya kecil.  Mei Ga Wa, pendekar wanita dari Banteng Gendut terseret auranya kalah dengan Sui Bai Yu yang mendapat banyak simpati dari ibu-ibu..  Mei Ga Wa pernah menjadi ketua para pendekar beberapa tahun. Bahkan, Sui Bai Yu pernah menjadi anak buah Mei Ga Wa sebagai menteri. Namun, karena Sui Bai Yu ini memiliki ilmu jurus penyedot simpati wanita, maka dalam pemilihan kepala pendekar dia mampu mengalahkan Mei Ga Wa, yang tak disukai wanita. Padahal Mei Ga Wa memiliki andalan jurus mengunci mulut menyimpan suara.
Sejak kejatuhan Dinasti Su Hat Su, pemilihan ketua dewan pendekar memang agak berbeda. Bila sebelumnya, ketua dewan pendekar dipilih oleh wakil anggota Dewan Pendekar, kini kepala dewan pendekar  dipilih oleh  rakyat negeri. Berarti pilihan rakyat menentukan kemenangan.
‘’ Hasss …. Hessss …. Husss ,’’ Sui Bai Yu melatihkan pernafasan tenaga dalamnya. Kedua tangannya ditarik ke dada lantas dilontarkannya ke depan. Kakinya sedikit merenggang. Dia kembali menarik nafas, lalu kembali mengeluarkannya; ‘’husss ….’’.  Bagi yang tak memiliki ilmu kanuragan, gerakan-gerakan Sui bai Yu itu memang dianggap biasa. Tapi bagi mereka yang ‘berisi’ atau memiliki ilmu tingkat tinggi. Gerakan-gerakan Sui bai Yu memiliki seperti gunung berapi. Bila meletus, maka masyarakat di sekitarnya akan kocar-kacir berlarian menyelamatkan diri. ‘’ Husss ……    tuuuuuut,’’.  Nah, bunyi yang terakhir itu bukan ilmu. Tapi buang angin. Bukan keluar dari mulut. Tapi dari pantat.
Sang istri, Ah Nie hanya senyum-senyum. ‘’Suamiku … terlalu menyedot angin, akhirnya kemasukan angin lalu setelah melewati perut dibuang lagi lewat pantat,’’ suara Ah Nie. Sang suami, Sui Bai Yu hanya tersenyum. Dia menghentikan latihannya. Kakinya melangkah mendekati sang istri, yang duduk di bangku taman. Di atas meja kecil telah tergeletak teko berisi the dan dua gelas di atas baki.
Tentang Ah Nie ini sebelumnya sempat beredar di dunia persilatan, Sui Bai Yu akan menyusun siasat untuk menyorong istrinya Ah Nie untuk menggantikan dirinya. Isu itu langsung ditepis Sui Bai Yu; ‘’isu itu tidak benar. Saya jamin istri saya tidak akan mencalonkan diri untuk menggantikan saya,’’ katanya.
Sui Bai Yu berpikiran, isu tentang akan majunya Ah Ni  dalam pertarungan para pendekar terlalu cepat. Karena waktu pemilihannya sekitar 2 tahun lagi.  Sui Bai Yu tentu saja tak enak hati. Karena periode kepemimpinannya belum berakhir. Dengan jurus ilmu mengalihkan isu, Sui Bai Yu akhirnya bisa melumpuhkan jurus melempar isu menjerat korban tersebut. Entah, belum diketahui siapa yang telah menyebarkan racun tersebut. Namun yang jelas tentu saja pihak lawan, yang tak ingin Perguruan De Mo Cui memenangkan pertarungan para pendekar di tahun 2013. Sui Bai Yu tak ingin diserang lebih awal sementara pertarungan masih lama.
Sekitar setengah jam Sui Bai Yu bercerita dengan istrinya Ah Ni, datang Hai Ra Ta ketua pendekar perguruan matahari menginggit bumi. Dibandingkan menteri lain, Hai Ra Ta termasuk dekat. Bahkan, anak Sui Bai Yu telah dijodohkan dengan anak Ah Ni. Ini bukan strategi politik,  ini jurus ilmu saling mendekatkan diri. Namun sebagian pengamat pendekar menilai; penyatuan ikatan kekeluargaan tersebut juga berbau ‘ikatan politik’ dari Su Bai Yu dan Hai Ra Ta.
Dalam rapat paripurna dewan pendekar, perguruan matahari menggigit bumi tak perlu membangkang atau menghianati perguruan De Mo Cui.  Berbeda dengan anggota perguruan hijau atau anggota perguruan Go Kai, yang berani berbeda pendapat dalam menentukan kebijakan.
Bagi De Mo Cui, kebijakan yang menyerang atau menyindir dinasti Su Bai Yu harus dilawan. Bukan koalisi perguruan namanya, bila ada perbedaan pendapat di antara mereka. Kalau perguruan Banteng Gendut jelas, ketua mereka Mei Ga Wa lebih memilih sebagai perguruan banteng gendut, yang kritis terhadap kekuasaan dinasti Su Bai Yu. Jurus-jurus andalan yang digunakan anggota perguruan banteng gendut ini cukup merepotkan Su Bai Yu.
Kedatangan Hai Ra Ta hal yang biasa bagi Ah Nie. Makanya, perempuan murah senyum itu sangat dicintai Ah Nie.  Bahkan saking cintanya, Su Bai Yu sedikit agak takut dengan istrinya tersebut. Boleh dikata, Su Bai Yu ini termasuk suami yang takut istri.  Kenapa disebut begitu, karena dalam beberapa kebijakan, Ah Nie disebut-sebut ikut mempengaruhi.  Namun belakanga isu tak jelas itu diragukan kebenarannya. Bukan itu. Bukan takut istri, tapi Su Bai Yu sangat mencintai istrinya. Karena sama dengan suami-suami yang lain, semua keinginan boleh disetujui. Suami boleh melakukan apa pun. Bahkan dimarahi pun istri akan diam saja. Cuma satu yang agak sulit bagi kebanyakan lelaki, yakni mengatakan untuk beristri lagi.  Karena bila keinginan itu disampaikan; maka kelinci akan langsung berubah menjadi macan, yang siap mencakar dan mengamuk.
Kedatangan Hai Ra Ta itu hanya tentang perjodohan anak. Makanya Ah Nie tak ikut beranjak. Kaena ini bukan urusan para pendekar. Tapi ini urusan ikatan kekeluargaan.
***
A Bao, Ketua Perguruan Go Kai tersenyum-senyum tentang badai kasus yang sedang menerpa perguruan De Mo Cui. Baginya ini suatu keuntungan. Kalau berbicara soal keuntungan, A Bao jagonya. Karena selain pendekar, dirinya juga saudagar. Kepiawainya dalam mengatur bisnisnya diakui banyak saudagar lainnya. Makanya, kalau bicara tentang uang dan harta, A Bao ini termasuk orang kaya di negeri kepulauan tersebut.
Lelaki yang paham betul menggunakan uangnya untuk menguasai dunia persilatan ini sedang didampingi beberapa pengurus Go Kai, yang berlambang partai pohon beringin ini. Rupanya, A Bao dan pengurus Go Kai sedang rapat. Mereka optimis, dengan kisruh di perguruan De Mo Cui, perguruan Go Kai akan mampu mengalahkan De Mo Cui.
Go Kai adalah perguruan lama. Seperti pohon beringin, yang akarnya kuat mencengkram bumi ke tanah dan bergantungan di langit, begitulah keinginan pengurus Go Kai. Perguruan ini harus mengakar ke masyarakat, maka dengan mudahnya setelah itu meraih kekuasaan. Motto mereka, suara rakyat adalah suara Go Kai. Suara Go Kai adalah suara rakyat. Kalau perguruan Banteng Gendut, adalah perguruannya wong cilik. Sekalipun setelah terpilih sebagai anggota dewan pendekar, bukan lagi suara rakyat atau wong cilik. Tapi kepentingan aku dan kelompok aku yang utama, suara atau kepentingan wong cilik itu setelah itu terpenuhi. Susahnya, kebutuhan pribadi, keluarga dan kelompok tak akan selalu bisa dirasa terpenuhi. (bersambung)
Belum apa-apa?  Belum terlihat jual-beli  jurus antara perguruan De Mo Cui, Go Kai dan Banteng Gendut.  Sabar. Sabar. Sambungannya masih dipikirkan. Belum dibikin. Apa ya kira-kira lanjutannya? Tunggulah tulisan berikutnya. Nanti kita adu mereka.  Saya mandi dulu. Capek duduk sekitar setengah jam mengelus keaboard.
16.40 wita-17.20 wita,  7 Juli 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar