Minggu, 23 Oktober 2011

cerpen : OPERA PAK KARTO

OPERA PAK KARTO
Oleh : Naga Pamungkas
PAK Karto kaget.
Tak mungkin, pikirnya. Dia menengok lagi ke bawah, lantas mengusap-ngusap kedua matanya dengan jari telunjuk. Masih tak yakin, dia mencubit lagi paha kananya keras-keras. Sakit. Pak Karto yang dalam posisi jongkok segera menjulurkan tangannya mengambil benda yang membuatnya kaget setengah mati itu.
Memang keras. Didekatkannya benda itu di matanya. Dia meneliti sekali lagi benda yang baru saja dikeluarkan dari perutnya itu. Dan tangan kanannya meremas-remas. Keras. Ini aneh tapi nyata. Semua mungkin saja terjadi. Ini benar-benar emas! Ini emas! Tahi Pak Karto berubah menjadi emas.
‘’Ini bukan mimpi! Ini bukan mimpi,’’ teriak Pak Karto bergegas bangkit. Yah, betul ini bukan mimpi atau khayalan Pak Karto belaka.
‘’Bu, bu’eee , kita kayaaa … ‘’ teriak Pak Karto kegirangan. Dia berlari-lari mendekati istrinya yang sedang memasak di dapur. Sampai Pak Karto kelupaan, pantatnya belum dibasuh.
***
SEJAK peristiwa di pagi buta itu, kehidupan Pak Karto mulai berubah. Bagai siang dan malam. Dulu suram kini cerah. Sebelum peristiwa itu, sekitar sebulan yang lalu, Pak Karto dengan istri satu dan empat anak hidup serba kekurangan. Penghasilan dia sebagai tukang ojek dan istrinya sebagai penjual nasi kuning dekat di Pasar Sungai Dama tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dia ke Samarinda ikut program transmigrasi. Di tempatkan di Palaran. Namun karena hasil kebun tak mencukupi, dia menjual jatah rumah dan tanah dari pemerintah, lalu mengontrak rumah di dekat Pasar Sungai Dama.
Sejak kejadian setelah imsak di bulan ramadhan itu keluarga Pak Karto telah benar-benar berubah sama sekali. Istri Pak Karto tidak menjual nasi kuning dan lontong lagi. Pak Karto berhenti jadi tukang ojek. Kerja baru Pak Karto adalah bangun pagi-pagi, lantas buang air besar dan tahi yang berubah menjadi emas itu lantas dijualnya ke took-toko emas. Begitulah pekerjaan baru Pak Karto. Tak ada seragam dinas seperti karyawan kantoran. Hanya kaos oblong dan sarung.
Sejak kejadian sebulan lalu itu, Pak Karto sering senyum-senyum sendiri melihat perempuan mengenakan kalung , gelang dan cincing dari emas di badannya. Keyakinan Pak Karto, bisa jadi perhiasan emas yang dipakai orang-orang itu berasal dari bahan baku miliknya.
Cobalah kita menengok sebentar ke istri Pak Karto. Penampilannya perempuan berbadan subur ini juga telah dihiasi emas di leher, tangan dan jari-jari tangannya. Mengkilat-kilat kena cahaya. Di leher Bu Karto bergantung kalung sebesar 10 gram. Pergelangan tanganya dilingkari 5 buah gelang, yang satu gelangnya berberat 5 gram. Jari kanannya ada tiga cincin yang terletak di jari manis, jai tengah dan jari telunjuk. Di jari-jari tangan kiri juga ada tiga cincin. Rata-rata sekitar 6 cincin Bu Karto itu beratnya masing-masing 10 gram, sehingga menjadi 60 gram. Di pergelangan kedua kaki juga ada emas, yang beratnya masing-masing 5 gram. Hitung saja sendiri, sudah berapa gram emas yang menempel di tubuh Bu Karto, yang selalunya dibawa kemana-mana. Eh, ada satu lagi emas Bu Karto, yakni : satu gigi tengah Bu Karto yang semula ompong, kini diganti menjadi gigi emas.
Itu istrinya. Mari kita lihat anaknya. Anak pertama bernama Katno, yang sekolah hanya sampai SD, kin telah berumur 25 tahun. Bila Pak Karto tukang ojek, Katno sedikit lebih enak dibandingkan kerjaan bapaknya. Katno yang dulunya nganggur kini sopir angkot trayek B jurusan dalam kota. Dia telah memiliki taksi sendiri.
Anak kedua Pak Karto dan istrinya yang biasa dipanggilnya “bu’e”, adalah perempuan. Namanya Ngiyem. Ya, jangan heran. Namanya Ngiyem, menyebutnya bibir agak terbuka lebar, seperti orang tersenyum. Di tubuh Ngiyeyem juga bergantungan emas. Berkilat-kilat diterpa cahaya.
Partono anak nomor tiga. Setelah berhenti di kelas 2 SMA kini melanjutkan. Dan yang nomor empat masih kecil dan belum sekolah. Karena umurnya belum lagi empat tahun. Namanya Parmin.
Keluarga Pak Karto kini sudah benar-benar berubah. Cuma rumahnya masih di Gang 3 Jalan Pesut Kelurahan Sungai Dama. Rencananya di bulan kedua, dia akan pindah ke Jalan Kakatua dekat kantor Koran harian Manuntung.
***
KEHIDUPAN Pak Karto yang berubah 360 derajat dalam waktu hanya sekitar sebulan, membuat tetangga heran dan di antaranya ada yang curiga. Pak Karto kok bisa dalam waktu sekejap kaya mendadak. Apakah dia mendapat warisan dari Jawa? Atau menemukan harta karun. Bibir ke bibir, akhirnya : berita Pak Karto mendadak kaya, menyebar ke seluruh kampung. Masyarakat sekitar gempar. Isu semakin membesar. Ada yang mengisukan Pak Karto itu punya tuyul.
Seorang tetangga Pak Karto, yang juga tukang ojek (mungkin saya tak perlu menyebutkan namanya) diam-diam melapor ke polisi.
‘’Lapor Pak, di kampung Sungai Dama ada seseorang penyeludup emas. Setiap hari dia menjual emas batangan sebesar pisang ke toko-toko emas,’’ lapor tetangga itu ke polisi.
Pak Karto akhirnya dimintai keterangan; ‘’kenapa kamu kaya? “ tanya salah seorang polisi. Pak Karto sulit menjelaskannya.
‘’Saya susah menjelaskan kenapa kami kaya raya. Tapi a pa salah kami? Kami tidak mencuri dan tidak ada warga yang kehilangan emas berkilo-kilo,,’’ kata Karto.
Karena polisi agak kesulitan mengusut tuntas darimana Pak Karto mendapat emas batangan itu, Pak Karto pun disuruh pulang dulu untuk selanjutnya akan dipanggil ulang.
Pulang dari kantor polisi, Pak Karto memutuskan menyewa pengacara. Pengacara itu juga membujuk, agar dia perlu menyiapan gugatan balik. Pak Karto memang tidak bisa terima, mengapa mantan tukang ojek tidak boleh kaya. Kenapa setelah kayak malah dicurigai? Kenapa saat miskin tidak ditanya dan dibiarkan?
Dua bulan kemudian.
Pak Karto kini jadi bahan berita di sejumlah media massa. Sebuah koran harian nasional, Indonezia menuliskan judul; Tahi menjadi Emas, Karto Mendadak Kaya. Pak Karto jadi terkenal. Wajahnya nampak di sejumlah koran, majalah dan TV nasional.
Sayangnya, hidup Pak Karto malah menjadi tak tentram. Menurut perasaan Pak Karto, ada polisi yang mengikuti dan menyelidikinya. Gerak-gerik Pak Karto diawasi. Tapi polisi kecele. Suatu kali Pak Karto tidak keluar-keluar rumah. Besoknya, polisi melihat Pak Karto menjual emas lagi ke toko-toko emas. Padahal polisi bergantian memantau di dekat rumahnya. Jangan-jangan untuk mengetahui siapa tahu ada teman Pak Karto, yang dicurigai sebagai penyeludup datang ke rumahnya. Tapi tidak ada.
Akhirnya polisi menyerah. Kesimpulan sementara hasil penyelidikan; Pak Karto tidak bersalah dan tak ada seorang pun yang melapor telah kehilangan emas batangan. Namun masih saja menyisakan pertanyaan di masyarakat, darimana Pak Karto mendapat emas batangan itu? Orang-orang banyak berdatangan ke rumahnya. Mereka ingin tahu, darimana Pak Karto menemukan emas batangan tersebut. Pak Karto tetap merahasiakannya. Bukannya menjelasakan, Pak Karto malah memecahkan emas-emas batangan menjadi kecil-kecil, dan membagikannya ke warga yang datang ke rumahnya.
***
SEKITAR Tiga bulan Pak Karto mengunci rapat-rapat mulutnya, untuk tidak membocorkan rahasia asal usulemas tersebut. Tapi tidak dengan istrinya yang dipanggil Bu’e. Perempuan gemuk pendek itu kelepasan omong, dan bocorlah rahasia tersebut, seperti air deras yang keluar dari lobang. Kok bisa Bu’e yang membocorkan rahasian emas Pak Karto tersebut?
Ceritanya begini; waktu itu ketika Pak Karto sedang menjual emas hasil produksinya ke kota, Bu’e didatangi orang bule. Kelihatannya sih dari Inggris.
Bule : Selamat siang bu Karto. Ibu tampak cantik sekali dengan perhiasan-perhiasan di leher, jari tangan, pergelangan kaki. Terpenting lagi semoga ibu baik-baik saja
Bu’e : Siang mister. Mister dari Inggris, kok fasih sekali ngomong Indonesia? (wajah Bu Karto nampak memerah. Selain karena gugup, juga malu dipuji)
Bule : Saya koresponden sebuah televise terkenal dari Inggris. Nama saya Jim Later.
Bu’e : saya bu Karto …
Jim Later : Perhiasannya bagus Bu Karto, cocok dengan … saya panggil mba Karto saja soalnya terlihat masih muda, sekitar dua puluh tahunan
Dan seterusnya, dan seterusnya. Jim Later pintar merayu.
Itulah perjumpaan awalnya. Bu’e terus dipuji-puji Jim, yang tinggi besar dan ganteng itu. Bu’e tersipu-sipu sampai-sampai terlihat sebuah gigi tengahnya berkilau-kilau kena cahaya.
Lalu akhirnya,
Bu’e : pekerjaan suami saya gampang. Pagi-pagi bukan celana, jongkok buang air besar. Air besar alias tahi milik suami saya yang berupa emas-emas itulah yang dijual di toko emas.
Jim : oh (kaget)
Bu’e : Begitulah kenyataan yang sebenarnya mister .Sehari itu bisa mengumpulkan sekitar 2 kilo
Jim : oh (kaget lagi, dengan mulut terbuka)
Bu’e : kok oh, oh saja dari tadi
Jim : ini baru berita
Bu’e : ini berita baru
Jim : apa makanan suami mba?
Bu’e : suami saya itu senang jengkol, ikan asin, tempe, tahu, sayur bening. Memang kenapa Pak?
Jim : Ah, tidak apa. Kebetulan saya juga suka tempe, tahu, tapi tinja saya tidak berubah menjadi emas. Tiinja saya memang kuning seperti warna emas, tapi tinja saya itu lembek.
Wawancara itu tak hanya diberitakan melalui TV asing, tapi juga seluruh Koran-koran dan majalah di seluruh dunia. Dari pemberitaan media tersebut, masyarakat di seluruh dunia akhirnya mengetahui, bahwa emas yang dijual Pak Karto ke toko-toko emas itu berasal dari dalam perutnya.
Demi keamanan, karena rumahnya (Pak Karto sudah pindah ke Kakatua) terus didatangi orang-orang hingga jutaan orang. Akhirnya Pak Karto mengontrak 100 orang untuk bertugas menjaga rumahnya, diri dan keluarganya. Pak Karto terus berpindah-pindah rumah. Kadang menetap di Sindang Sari, sebuah kelurahan dari kota Samarinda yang bertengga dengan kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara.
***
CERITA belum berakhir. Sebuah undangan ditujukan kepada Pak Karto. Bila saja yang mengundang hanya Ketua RT, mungkin Pak Karto bisa berhalangan untuk hadir. Ini yang mengundangnya adalah Presiden. Presiden? Iya, presiden. Tidak hanya satu. Lima presiden dari 6 negara super power ikut hadir. Yakni dari Amerika Serikat, Inggris, Jepang, China, Australia dan Tiongkok.
Setelah dibujuk-bujuk Bu’e, Pak Karto beserta Bu’e istrinya akhirnya bersedia memenuhi undangan tersebut. Kedatangan Pak Karto dan istri disambut hangat 7 presiden, termasuk 6 presiden Negara super power yang sudah disebutkan di atas tadi.
KARTO SI TAHI EMAS PENUHI UNDANGAN 7 PRESIDEN
Setelah menyembunyinkan diri, akhirnya Karto bin Karto kembali muncul lagi ke permukaan. Kemunculan lelaki ini terkait undangan resmi dari 7 kepala Negara. Rencananya hari ini (1/1) Karto tiba di istana Negara. Karto yang ketenarangannya mengalahkan Michael Jackson ini kemungkinan besar diminta melakukan aksinya. Karena ke 7 kepala Negara ingin melihat langsung keajaiban ini.
Demikian salah satu kepala berita sebuah koran nasional menuliskan. Semua koran memberitakan tentang Pak Karto. Di sekeliling istana, masyarakat berjubel-jubel. Selain ingin melihat keanehan tersebut secara nyata, mereka juga berharap siapa tahu ada emas yang dibagikan kepada masyarakat. Massa berjubel-jubel. Ada yang terjepit di pagar. Bahkan ada sekitar 187 orang yang pingsan.
Sedangkan Pak Karto selalu dikawal pasukan khusus keamanan nasional. Pak Karto dinginapkan di istana Negara. Sejak kedatangan, Pak Karto dan istri sudah diatur protokoler. Pakaian diharuskan yang rapi, pakai jas dan dasi. Makan pun disediakan yang enak-enak. Ada berbagai macam daging, ada daging kambing, daging sapi, daging rusa begitupula dengan ikan, sayur dan makanan=makanan yang biasa disajikan di restoran dan hotel-hotel berbintang. Melihat makanan itu, Pak Karto merasa sudah kenyang. Tapi dia diharuskan makan banyak. Tapi lagi, ikan asin, tempe kesukaan Pak Karto tidak ada. Itu masalahnya. Pengawal meminta Pak Karto harus makan banyak, agar bisa membuktikan kelebihan yang dimilikinya. Makanan berlimpah ruah, dimaksudkan agar Pak Karto bisa makan banyak, dan besok pagi tidak mengecewakan undanan terutama 6 kepala Negara super power.
***
PAGI hari. Undangan sudah berdatangan. Selain 7 kepala Negara, juga ada undangan untuk duta besar Negara lain. Mereka duduk di deretan depan. Di belakang 7 kepala Negara. Panggung berbentuk jamban berbentuk panggung kecil, yang tingginya sekitar 1 meter telah disiapkan di depan. Pintunya dari kain. Penataan panggungnya cukup bagus. Seperti pertunjukan pesulatdunia David Copperfield. Pertunjukan Pak Karto ini disiarkan langsung ke seluruh dunia. Penontonnya mengalahkan pertandingan sepak bola dunia.
Tak ingin membuangbuang waktu lama, pembawa memulai acara. “ Tuan dan puan sekalian yang saya hormati. Teruatama bapak yang mulia dan yang terhormat, 7 kepala Negara yang besar, inilah acara atau pertunjukan spetakular di sepanjang hidup manusia. Tentang kemujuran Pak Karto, yang dari perutnya bisa memproduksi emas yang dikeluarkan dari pantatnya … tapi sebelumnya kita dengarkan sambutan 7 kepala Negara terlebih dulu,’’ ujar Suzanne, salah seorang penyiar TV nasional terkenal.
Tepuk tangan undangan tak jadi bergemuruh. Satu persatu 7 kepala Negara menyampaikan pidato sambutannya.
Suara Suzanne, setelah itu kembali terdengar enak di kuping daripada 7 kepala Negara. ‘’Kini saatnya Pak Karto kita minta untuk menunjukkan keajaibannya. Silahkan Pak Karto …,’’ suara Suzanne yang serak-serak basah.
Tepuk tangan bergemuruh. Bergemuruh karena selain jutaan masyarakat yang berada di sekeliling istana Negara, yang menyaksikan dari layar televise, pemersa di rumah di seluruh dunia serempak bertepuk tangan.
Pak Karto menuju panggung. Pakai jas hitam dan dasi biru. Dia menganggukan kepala kea rah kepala Negara dan undangan lainnya. Hatinya berdebar-debar. Dia melambaikan tangan sebelum masuk ke dalam jamban. Jas di buka ditaruh di sisi dinding jamban yang bagian atasnya tidak beratap. Lalu celana panjang. Dan terakhir celana dalamnya.
Lima menit berlalu. Undangan dan masyarakat seluruh dunia tegang. Sepuluh menit … dua puluh menit … tiga puluh menit … belum ada tanda-tanda sesuatu yang jatuh dari atas jamban. Padahal seperti baki berwarna kuning keemasan sudah disediakan di bawahnya.
Pak Karto terus berupaya; sambil menekan-nekan perutnya agar cepat bisa membuang air besar atau mengeluarkan tinja dari dalam perutnya. Mukanya merah. Pada menit ke 55, ada sesuatu yang jatuh. Pak Karto menengok ke bawah, lewat lubang di dekat pantanya. Tapi telinganya tak mendengar suara logam, ting ting ting seperti biasa dia berak. Dia mengeluarkan tinjanya lagi. Tetap saja lembek. Tak berubah. Dia mengusap-ngusap matanya; apa tidak salah lihat.
Masih tak yakin, dia kembali mengeluarkan sisa-sisa makanan enak yang disantapnya malam tadi dengan terpaksa. Tetap saja yang keluar dari perut lewat pantatnya adalah tahi. Akhirnya Pak Karto bangkit dari jongkoknya, lalu menyibak pintu kain dan menjenggukkan kepalanya keluar. Dua perempuan cantik yang berdiri di sisi pintu menutup hidungnya.
Mata Pak Karto menatap kea rah undangan, mencari-cari istrinya. ‘’Bu … bu’ee ini bukan mimpi toh? “. Lalu pingsan.*
Samarinda, 1989.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar